Mengapa Kita Tidak Menggunakan Plastik Biodegradable?

Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Plastik yang ada sekarang ini terbuat dari bahan sintetis yang dapat bertahan sangat lama di alam, menyebabkan dampak lingkungan yang serius seperti polusi dan kerusakan ekosistem. Dalam upaya mengurangi dampak negatif dari penggunaan plastik, ide untuk menggunakan plastik biodegradable telah diajukan. Namun, meskipun konsepnya menarik, implementasinya tidak semudah yang kita harapkan. Mari kita telaah alasan mengapa kita tidak menggunakannya sebanyak yang seharusnya.

Plastik biodegradable, seperti namanya, adalah plastik yang dapat terurai secara alami di alam. Plastik ini terbuat dari bahan organik seperti pati, gula, atau tanaman karena bahan ini dapat membusuk dengan lebih mudah. Berbeda dengan plastik konvensional yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, plastik biodegradable dapat membusuk hanya dalam beberapa bulan hingga beberapa tahun, tergantung pada kondisi dan lingkungan. Hal ini tentu menjadi solusi yang menarik dalam upaya mengurangi limbah plastik dan melindungi lingkungan.

Namun, masih ada beberapa kendala yang menghambat penggunaan plastik biodegradable ini. Salah satu kendala utamanya adalah biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik konvensional. Bahan dasar untuk membuat plastik biodegradable, seperti pati atau gula, lebih mahal dibandingkan bahan sintetis yang digunakan dalam plastik konvensional. Selain itu, teknologi produksi yang diperlukan untuk membuat plastik biodegradable juga relatif baru dan cenderung masih dalam tahap pengembangan. Ini berarti bahwa kapasitas produksi masih terbatas dan masih membutuhkan investasi besar dalam hal penelitian dan pengembangan.

Selain itu, ada juga masalah terkait dengan ketahanan dan kegunaan plastik biodegradable. Plastik konvensional terkenal karena ketahanannya terhadap panas, air, dan kerusakan fisik. Namun, plastik biodegradable masih belum sepenuhnya mencapai tingkat ketahanan yang sama. Mereka cenderung lebih rentan terhadap kondisi lingkungan ekstrem dan tidak dapat digunakan dalam semua aplikasi yang sama seperti plastik konvensional. Misalnya, jika plastik biodegradable digunakan untuk pengemasan makanan yang mengandung minyak atau cairan panas, mereka mungkin tidak cocok karena dapat melapisi makanan dan menyebabkan keracunan.

Selanjutnya, ada juga tantangan dalam mendaur ulang plastik biodegradable. Meskipun mereka dapat terurai secara alami, proses ini membutuhkan kondisi khusus yang mungkin tidak tersedia di banyak tempat. Beberapa plastik biodegradable memerlukan suhu tinggi atau kondisi tanah tertentu agar mereka dapat terurai dengan cepat. Ini membuat proses daur ulang menjadi lebih rumit dan tidak ekonomis. Selain itu, jika plastik biodegradable dicampur dengan plastik konvensional dalam proses daur ulang, mereka dapat mencemari tangki daur ulang dan menyebabkan kualitas produk daur ulang menurun.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, penelitian dan pengembangan lebih lanjut diperlukan. Ilmuwan dan perusahaan berusaha untuk mengembangkan plastik biodegradable yang lebih tahan lama, lebih terjangkau, dan lebih mudah didaur ulang. Sementara itu, langkah-langkah lain juga perlu diambil untuk mengurangi penggunaan plastik secara keseluruhan, termasuk penggunaan alternatif seperti kertas atau kantong kain yang dapat digunakan berulang kali.

Dalam kesimpulannya, meskipun ide penggunaan plastik biodegradable memiliki potensi besar sebagai solusi lingkungan, implementasinya masih terhambat oleh biaya produksi yang tinggi, ketahanan dan kegunaan yang kurang, serta tantangan dalam mendaur ulang. Namun, dengan lebih banyak penelitian dan perkembangan dalam teknologi, kita dapat berharap bahwa plastik biodegradable akan menjadi pilihan populer di masa depan dan membantu mengurangi dampak negatif dari penggunaan plastik konvensional.