Pada era saat ini, isu-isu lingkungan semakin mendapatkan perhatian yang serius dari masyarakat global. Pengelolaan limbah, terutama limbah plastik, menjadi salah satu isu utama yang perlu segera diatasi. Salah satu solusi yang sedang menjadi pintu masuk adalah resins yang dapat terdegradasi secara biologis atau lebih dikenal dengan sebutan resins biodegradable.

Resins biodegradable adalah polimer yang dapat terurai secara alami oleh organisme hidup tertentu seperti bakteri atau jamur menjadi zat yang lebih sederhana dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Resin ini menjadi alternatif yang menarik untuk bahan baku plastik konvensional yang sulit terurai dan berkontribusi terhadap krisis sampah plastik yang ada di seluruh dunia.

Terdapat beberapa jenis resins biodegradable yang telah dikembangkan sejauh ini. Salah satunya adalah polihidroksialkanoat (PHA). PHA adalah kelompok polimer yang memiliki sifat mekanik yang mirip dengan plastik konvensional seperti polietilena dan polipropilena. PHA dapat terbuat dari berbagai macam bahan baku organik seperti minyak nabati, limbah pertanian, dan limbah industri makanan. Keunikan PHA terletak pada kemampuannya untuk terurai secara alami dalam waktu yang relatif cepat, biasanya dalam hitungan minggu hingga beberapa bulan. Produk sampingan dari degradasi PHA adalah karbon dioksida dan air, yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Produk yang terbuat dari PHA, seperti kantong belanja, wadah makanan, dan bahan pembungkus, dengan demikian dapat menjadi alternatif yang ramah lingkungan.

Selain PHA, resins polilaktida (PLA) juga menjadi salah satu tipe resins biodegradable yang populer. PLA adalah polimer yang terbuat dari sumber nabati kaya kanji seperti jagung, gandum, atau tebu. PLA digunakan dalam berbagai bentuk aplikasi, mulai dari kemasan, peralatan rumah tangga, hingga serat tekstil. Salah satu kelebihan PLA adalah kemampuannya untuk terurai secara alami dalam kompos industri atau melalui proses pengomposan di rumah. Saat terurai, PLA akan menjadi asam laktat yang dapat diuraikan lebih lanjut oleh mikroorganisme menjadi molekul yang lebih sederhana. Keberadaan PLA sebagai pengganti plastik konvensional telah membantu dalam mengurangi jumlah limbah plastik di lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan baku fosil.

Selain PHA dan PLA, resin polibutilena adipat tereftalat (PBAT) juga menjadi pilihan resins biodegradable yang menarik. PBAT adalah polimer yang terbuat dari sejumlah monomer, termasuk adipat dan tereftalat. PBAT menunjukkan sifat mekanik yang mirip dengan polietilena dan polipropilena dan sangat cocok untuk aplikasi kemasan dan film tipis. PBAT adalah resins yang biodegradable karena dapat terurai secara alami di lingkungan anaerobik, di mana oksigen tidak tersedia secara bebas. Proses degradasi PBAT oleh mikroorganisme menghasilkan karbondioksida, air, dan biomassa, yang tidak membahayakan lingkungan.

Namun, perlu diperhatikan bahwa sifat biodegradabilitas resins ini tergantung pada kondisi lingkungan di mana mereka terdegradasi. Misalnya, resins biodegradable cenderung terurai lebih cepat di tempat pembuangan sampah yang aerobik, dibandingkan dengan di lautan atau tumpukan sampah yang anaerobik.

Dalam upaya mengatasi krisis sampah plastik global, penggunaan resins biodegradable sebagai alternatif plastik konvensional telah mendapatkan banyak perhatian dari berbagai sektor. Namun, transisi ke penggunaan resins biodegradable tidak sepenuhnya tanpa tantangan. Masalah seperti harga, proses produksi yang membutuhkan teknologi yang lebih kompleks, dan pengembangan infrastruktur yang mendukung pengomposan atau pengolahan limbah harus diatasi sebelum resins biodegradable dapat benar-benar menggantikan plastik konvensional.

Pada akhirnya, resins biodegradable menjadi salah satu solusi yang menarik dalam menghadapi krisis sampah plastik. PHA, PLA, dan PBAT adalah beberapa contoh resins yang dapat terurai secara alami dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Perkembangan dan penggunaan resins biodegradable diharapkan dapat membantu mengurangi dampak negatif limbah plastik terhadap lingkungan, serta menjaga keberlanjutan planet kita untuk generasi mendatang.