Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata "plastik"? Kemungkinan besar, Anda akan berpikir tentang bahan yang keras, tahan lama, dan sulit terurai. Namun, dengan adanya perhatian yang semakin besar terhadap masalah lingkungan, kemunculan plastik dengan sifat yang lebih ramah lingkungan juga mulai menjadi fokus utama. Salah satu jenis plastik yang tengah dikembangkan adalah plastik hidro-biodegradable.

Plastik hidro-biodegradable, atau sering disebut sebagai plastik yang mudah terurai dalam air, telah menjadi bahan yang menarik perhatian banyak pihak. Plastik ini dirancang agar dapat terurai dengan lebih cepat ketika terkena air atau kelembaban lingkungan dibandingkan dengan plastik konvensional. Tujuan utama penggunaan plastik hidro-biodegradable adalah untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang mengendap di lautan, sungai, dan tumpukan sampah selama bertahun-tahun.

Namun, apa sebenarnya plastik hidro-biodegradable ini terbuat dari? Bahan utama dalam pembuatan plastik ini adalah polimer, yang memiliki struktur molekul yang kompleks. Plastik hidro-biodegradable menggunakan bahan polimer yang dapat terurai melalui proses biodegradasi. Terdapat beberapa jenis polimer yang digunakan dalam pembuatan plastik ini, namun yang paling umum adalah polietilena dan polipropilena.

Ketika mendengar kata "polietilena" atau "polipropilena," Anda mungkin akan berpikir tentang plastik konvensional. Namun, polietilena dan polipropilena yang digunakan dalam plastik hidro-biodegradable ini memiliki struktur molekul yang berbeda. Mereka mengandung aditif tambahan yang mempengaruhi sifat hidro-biodegradable plastik tersebut. Aditif tambahan ini bertujuan untuk mempercepat proses degradasi plastik ketika terkena air atau kelembaban lingkungan.

Aditif-aditif yang digunakan dalam pembuatan plastik hidro-biodegradable ini dapat berupa bahan organik atau anorganik. Salah satu contoh aditif organik yang umum digunakan adalah pati (starch). Pati adalah bahan yang dihasilkan dari tanaman seperti jagung atau kentang. Ketika pati dicampurkan ke dalam polimer, ia akan memberikan sifat hidrofilik pada plastik. Hidrofilik berarti plastik memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Pada saat plastik hidro-biodegradable ini terkena air atau kelembaban lingkungan, pati akan menyerap air dan menyebabkan proses degradasi plastik jauh lebih cepat. Proses ini melibatkan aktivitas mikroorganisme yang menjadi bagian dari mekanisme biodegradasi.

Selain pati, aditif organik lainnya yang juga digunakan dalam plastik hidro-biodegradable adalah polilaktat (polylactic acid/PLA). PLA adalah bahan yang diperoleh dari pati yang sudah mengalami fermentasi bakteri. PLA memiliki sifat hidrofilik yang mirip dengan pati, dan juga dapat terurai melalui proses biodegradasi. Proses degradasi PLA membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan plastik hidro-biodegradable yang mengandung pati, namun tetap lebih singkat jika dibandingkan dengan plastik konvensional.

Selain aditif organik, aditif anorganik juga digunakan dalam pembuatan plastik hidro-biodegradable. Aditif anorganik mampu mempercepat proses degradasi plastik melalui reaksi kimia. Contoh aditif anorganik yang sering digunakan adalah oksida logam seperti oksida besi atau oksida tembaga.

Namun, meskipun plastik hidro-biodegradable memiliki sifat yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan plastik konvensional, mereka tetap memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya adalah waktu yang dibutuhkan untuk degradasi sepenuhnya. Plastik hidro-biodegradable masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terurai sepenuhnya, tergantung pada lingkungan dan kondisi tertentu. Hal ini merupakan tantangan yang harus diatasi agar dapat lebih efektif dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Dalam sebuah dunia yang semakin sadar akan lingkungan, penggunaan plastik hidro-biodegradable bisa menjadi solusi yang menarik dalam mengurangi limbah plastik yang merugikan ekosistem. Dengan perkembangan teknologi dan penelitian yang lebih lanjut, diharapkan agar plastik hidro-biodegradable dapat menjadi alternatif yang lebih baik dalam melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang.